Budidaya Ikan Kerapu

Latar belakang Budidaya Ikan Kerapu .
Beberapa jenis ikan laut yang bernilai ekonomis tinggi telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat didalam keramba jaring apung (KJA).  Salah satunya jenis ikan laut yang  paling disukai atau diminati untuk dibudidayakan  adalah ikan kerapu (Epinephelus sp).
 
Ikan kerapu merupakan ikan laut ekonomis penting yang sangat berpeluang baik untuk tujuan eksport dan sangat populer didalam pasaran domestik maupun luar negeri.  Jenis-jenis ikan kerapu sangatlah banyak seperti diantaranya adalah kerapu lumpur, kerapu macan, kerapu bebek, kerapu sunu, kerapu merah.  



Diantara jenis-jenis ikan kerapu tersebut yang sudah umum dan banyak dibudidayakan antara lain ikan kerapu macan dan ikan kerapu merah. Karena harga dari ikan kerapu macan maupun ikan kerapu merah cukup tinggi, baik itu dipasaran domestik maupun luar negeri . 


Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasaran domestik dan internasional, maka benih yang selama ini berasal dari alam akan sulit dipenuhi sehingga perlu mulai dialihkan ke usaha pembenihan buatan.
 
Keberhasilan Budidaya Laut dalam melaksanakan pemijahan ikan kerapu merupakan langkah awal dalam mata rantai sistem budidaya, yang antara lain meliputi pemeliharaan larva, pendederan dan selanjutnya sampai ukuran konsumsi.  


Teknik pemeliharaan larva ini salah satu sistim rantai budidaya yang penting bagi kelanjutan keberhasilan benih untuk dibudidayakan.  Keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh teknik pemeliharaan larva, pola penyediaan pakan alami yang tepat untuk ukuran, jumlah dan waktu.
 
2. Pemilihan Lokasi
  1. Dasar perairan laut berpasir atau berkarang.
  2. Bebas dari pencemaran bahan kimia atau apapun.
  3. Kondisi air laut harus  jernih sepanjang tahun.
  4. Mudah untuk akses komunikasi dan transportasi.


 TEKNIK PEMBENIHAN


Bak Pemeliharaan Larva
  1. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x 1 m3 .
  2. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur.
  3. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak pemeliharaan.
  4. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau dari chlorine.
  5. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan, kadar garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 280 C.
  6. Bak makanan alami.
 Perkembangan Larva
Larva baru yang baru menetas terlihat transparan, melayang-layang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil glonulenya.  Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu lumpur dewasa setelah berumur 31 hari.
 
Masa krisis pertama larva kerapu dialami pada waktu berumur 2 hari memasuki umur 3 hari , dimana pada saat itu kandungan kuning telur telah mulai menipis dan terserap habis.  Setelah cadangan pakan tersebut habis, maka pemenuhan pakan yang sesuai dengan ukuran mulut dan nilai gizi pakan mutlak diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup larva.
 
Masa krisis ini akan berlangsung sampai dengan hari ke 6, dikarenakan terjadi perubahan cara hidup dari larva yang semula gerakannya aktif.  Larva harus aktif mencari makan dari luar karena kandungan kuning telur yang merupakan cadangan pakan telah habis.  


Untuk pemberian pakan yang sesuai baik jenis, maupun kandungan gizinya mutlak diperlukan.  Larva yang telah melewati umur 6 hari mempunyai peluang untuk hidup lebih besar, karena hampir semua larva yang bertahan hidup telah mampu mencari
pakan yang tersedia disekelilingnya .
 
Masa krisis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari memasuki umur 9 hari, dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian . 


Akan tetapi memasuki hari ke 22, 23, larva baik yang masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati.


Pemeliharaan Larva
Larva ikan kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai larva ikan kerapu tersebut berumur 2 hari.
Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu diberi pakan dari luar berupa  :

  • Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml
  • Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 104 - 105  sel/ml.
Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105-2.105  sel/ml media.


Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media.


Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari.
 
Setelah larva berumur 29 - 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa.  Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan.
Skema Jenis dan Pemberian Pakan Larva Ikan Kerapu
 
Pengelolaan Kualitas Air 
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103 -104 sel/ml.  


Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan.
 
Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur.  


Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari  yaitu sebanyak 5 - 10%.  Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak.
 
Pada saat larva telah berumur 30 hari pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari air yang diganti sebanyak 40%.

 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...